atas

Wednesday, May 24, 2006

Obrolan di Meja Makan

Lagi baca kompas tentang rumah Mayangsari yang dirusak sama keluarga suaminya. Temenku langsung nyamber.

"Ini tentang keluarga, kalau kita niat berkeluarga dengan baik berikan makan anak-anakmu dari rezeki yang halal, jangan memberi makan anak-anakmu dari uang yang bukan hak kita.
Di kampungku ada seorang ustad yang boleh dibilang dituakan dalam segala hal. Dia yang paling tahu ilmu dari sisi agama di kampungku dan hampir semua kata-katanya dituruti oleh orang-orang di kampungku. Rumahnya nggak jauh dari mesjid bahkan sebrang-sebrangan. Tapi ada yang aneh karena anaknya justru nakalnya minta ampun, bukan cuma nakal sebagai anak-anak tapi sudah menjurus kriminal. Kalau orang lain hari Jumat pada Jumatan dia malah maenin motor di pekarangan rumah yang deket dengan mesjid, gasnya sengaja dikencengin ngeng ngeng ngenggggg. Tapi semua orang nggak ada yang berani negor dia karena segen sama bapaknya.

Suatu hari ada warga lapor kalau di kampung itu ada yang lagi maen judi di satu rumah, akhirnya pak ustad sebagai umaro disitu lantas memimpin umat untuk menggrebek itu rumah. Setelah diketok pintunya ternyata yang pada maen malah anak umaro tersebut. Belum nakal yang lain seperti maling ayam, atau jual barang-barang orang tuanya.

Di umur tuanya sang umaro itu sering sakit-sakitan kemudian anak nya juga tambah 'sakit'. Akhirnya mungkin ada petunjuk atau apa, rupanya sang Umaro itu sebenarnya makan harta anak yatim pas mudanya. Jadi dia punya kakak naek haji kemudian meninggal di Mekah. Anak kakaknya waktu itu masih kecil jadi hartanya dia ambil semua. Sadar akan kesalahannya dia kemudian ngasih harta semacam sebidang tanah sama anak yang sekarang sudah gede. Setelah itu nggak lama kemudian Umaro itu mulai sembuh dari sakitnya dan anaknya juga nggak kriminal bahkan menikah dan sembuh.

Jadi uang itu nggak selamanya membawa kebahagian mungkin cuma kesenangan, kesenangan sesaat. Bahagia itu bukan makan enak tapi enak makan karena pada dasarnya bahagia itu adalah merdeka. Bebas melakukan apa yang kita inginkan tanpa rasa takut. Tentu ada batas-batasnya. Dan itu yang disebut surga dunia. Coba sampean keluar rumah dengan rasa takut, takut ketahuan kalau punya istri lagi.(Halah.. aku kan belum punya istri). Pasti nggak bahagia karena belum m e r d e k a.
Banyak sebenarnya contoh yang lain, tapi sebenarnya bukan berarti kita berpikiran jelek atau suudzon sama orang lain tapi ini hanya untuk mengingatkan kita agar dalam bertindak mencapai kebahagian jangan sekali-kali melakukan sesuatu yang justru suatu saat malah menghancurkan kita".

Cerita ini diperingkas sampai disini saja, dan telah diedit sedemikian rupa dengan maksud agar menjadi singkat dan jelas. Jika belum jelas sering-sering aja makan di meja makan kami. Terima Kasih.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home