atas

Wednesday, February 01, 2006

Badminton

Sudah lama aku nggak maen badminton terakhir sebelum puasa karena biasanya temen-temen nggak ada yang mau maen kalau lagi puasa. Setelah itu nggak maen lagi karena lapangan di Kemakmuran sudah habis kontrak dan tidak diperpanjang dengan alasan Tim kita sudah tidak bertanding lagi selama dua bulan dilapangan itu.
Semalem aku ditawari main sama ketua RT ku di lapangan bulu tangkis baru milik warga di bekas tempat parkirku kalau aku pas bawa kendaraan. "Maen yo" katanya...
Aku menjawab "Iya bentar ambil raket dulu"...
Aku dan temanku Iwan kembali membawa raket siap untuk bertanding. Ternyata yang antri mau maen sudah banyak tapi berhubung aku nggak pernah maen dan dapet ajakan dari bu RT jadi langsung dapet wild card untuk langsung bertanding...
Aku maen double dan tentu saja Iwan jadi partnerku... Pertandingan pertama nyaris tak berarti karena lawan tidak begitu sulit untuk dikalahkan. Yang sulit dikalahkan adalah lapangannya yang "serba salah". Sisi utara lapangan punya kecuraman tinggi dengan tanah jadi harus hati-hati kalau tidak anda akan jatuh tersungkur ke jalan. Sementara sisi selatan batasnya adalah tembok rumah dengan atap yang menjorok ke lapangan sehingga kalau tidak hati-hati raket anda akan patah karena memukul atap yang tingginya paling 2.5 meter dari lapangan. Sisi barat adalah tembok rumah yang tidak sejajar dengan lapangan alias miring demikian juga dengan sisi timur... Wow... lapangan yang unik... Laen kali aku bawa kamera...
Set pertama kami di sisi utara dan menang denga 15 lawan 2, set kedua dilanjutkan dengan tehnik yang harus hati-hati karena takut kebentur tembok dan atap rumah... Set kedua akhinya menang dengan 30 lawan 9... Rupanya disini menggunakan hitungan 30 karena banyak yang antri...
Setelah itu kami istirahat dan diminta untuk bertanding lagi melawan pemain yang sudah jadi jagonya disitu...
Antrian masih panjang tapi akhirnya kami maen juga... Lawanku yang sekarang benar-benar sudah mengerti lapangan dan biasa berpartner jadi sangat kompak...
Masuk ke lapangan kami diiringi dengan tepuk tangan yang membahana dari para penonton yang sudah tidak sabar ingin menonton pertandingan yang sudah diidam-idamkan... Ibu-ibu berteriak histeris, bapak-bapak berkata "AYO MULAI", dan anak-anak berteriak "INI DIA", mereka yang sudah tidur pada terbangun dan menonton di jendela rumahnya masing-masing... Hmmmhh... Jadi grogi pikirku...
Benar saja set pertama kami kalah dengan telak 15 lawan 8, karena lawan yang sudah panas menekan kami ke sudut-sudut yang memang sulit untuk dijangkau dan kalaupun dijangkau kami harus berhadapan dengan resiko jatuh tersungkur ke jalan. Benar-benar pertandingan yang sulit dan berat pikirku...
Awal set kedua lebih parah karena bolanya out terus... Pak Iwan(dari BI temennya Ari) yang musuhku(partnerku juga namanya Iwan) ngasih tahu kalau lapangan ini kecil karena sudah dikurangi setengah meter dari ukuran seharusnya... O Ow... Aku baru sadar... Akhirnya aku kurangi bobot pukulanku...
Tapi kami sudah tetinggal jauh dengan kedudukan 28 lawan 15... Akhirnya kami mulai konsentrasi dan sedikit demi sedikit untuk mengurangi ketinggalan...
Entah berapa kali mereka match point tapi selalu berpindah sehingga kami bisa menambah angka sampai 25... Namun akhirnya Dewi Fortuna lebih memihak mereka, satu pukulan gampang yang aku pikir out ternyata masuk karena aku salah perhitungan...
Kami kalah...
Tepuk tangan dari penonton kembali membahana seusai pertandingan ini... para penonton pulang ke rumah dan jendela-jendela kembali ditutup untuk segera tidur...
Walau kalah kami puas... Seperti kata Jet Li pertarungan bukan untuk hidup dan mati tapi pertemanan... Ya betul, teman saya bertambah...
Terima Kasih ucapku pada semua....
Pulang.... Mandi.... Tidur.....

1 Comments:

At 8:09 AM, Anonymous Anonymous said...

*Success Formula*

Over the years, success is powered by three things: know-how, reputation and a network of contacts.

That's it. That's the secret.

The formula for success = your human capital (what you know) times your social capital (who you know) times your reputation (who trusts you).

You can take away all my money and even my customer list, but if I can keep my smarts, my business relationships and reputation, I'll get it all back and then some. Having knowledge, social capital and trust is the ultimate security blanket in good times and bad.

Today's economic climate is an excellent time to reach new prospective customers and build better relationships with your present customers. But building your company's social capital is not about sitting alone in front of your computer trying to come up with a winning marketing formula on your own. No one is successful in creating a marketing presence just by sitting alone in front of a computer.

Successful people may have started out going it alone, but as soon as they possibly could, they began to leverage their own and other people's ideas, experiences and relationships

 

Post a Comment

<< Home